Memahami Karma, Kembali!

Memahami Karma, Kembali!

Masih Banyak Orang yang salah pengertian mengenai Karma, sebagian besar mendefinisikan Karma hanya sebagai sesuatu yang Buruk,

oleh karena itu sering kita dengar ” Itu Sudah Karmanya ” jika ada orang yang sedang menderita atau mengalami masalah.

Atau mendengar ” Dia Sedang Kena Karma “,

atau mendengar ” Sedang Bayar Karma “

Secara umum pengertian yang seperti itu, bisa kita maklumi, sebab tidak semua orang belajar atau memahami Dharma, tentang apa itu Karma ( Kamma ).

Bahkan ada yang mendefinisikan Karma sebagai Hukuman Tuhan, atau Hukuman Langit, bahkan ada yang mengatakan Karma itu Hutang – Piutang, maka munculah istilah Bayar Karma , dan masih ada yang berpendapat bahwa Karma adalah Warisan maka Karma sering dikaitkan dengan Orangtuanya, ” Pantes anaknya seperti itu, lah orangtuanya kan dulu parah “.

Istilah seperti diatas tentu tidak akan terlintas dalam pikiran kita, jika kita memahami Dharma dengan baik dan benar, sebab kita mengerti betul bahwa Karma bukanlah seperti yang disebutkan diatas, Karma adalah Hukum Alam yang bersifat universal dan berlaku di seluruh semesta ini, bukan hanya kepada manusia, atau Suku Bangsa tertentu,  atau agama tertentu.

Hukum Karma berlaku untuk semua mahkluk hidup, apakah mahkluk yang berwujud kasar seperti manusia/ hewan, atau mahkluk yang fisiknya halus alias tak berwujud kasar.

Mau percaya atau tidak terhadap Hukum Karma,

itu sama sekali tidak mempengaruhi cara kerjanya, Hukum ini tetap berjalan sebagaimana mana mestinya, dimana ada sebab disitu ada akibat, dimana ada perbuatan disitu ada konsekuensinya.

Dalam Ilmu Hukum kita mengenal adanya istilah;

“Actus non facit reum nisi mens sit rea”.

Artinya; suatu perbuatan tidak membuat seseorang bersalah, kecuali dengan sikap batin ( niat/kehendak ) yang salah.

karena niatnya ( mens rea ) terpenuhi dalam melakukan sebuah perbuatan, karena itu sesoarang dikenakan pertanggungjawaban ( Toerenkenbaardheid ).

Seperti yang dijelaskan oleh Guru Agung Sakyamuni Buddha dalam Anguttara Nikaya III.415 ;

” Cetanaham bhikkhave kammam vadami“

Para bhikkhu, kehendak/niat untuk berbuat itulah yang kusebut Kamma/Karma.

Jadi Hukum Karma adalah Hukum Perbuatan, hukum yang bekerja secara alamiah, yang memiliki keteraturan dan bersifat mutlak.

Dalam kehidupan ini Tiada perbuatan yang dilakukan tanpa adanya niat awal yang mendahuluinya, bahkan saat kita mau bersendawa saja muncul niat, apalagi perbuatan lainnya. sedangkan perbuatan tanpa Niat tidak bisa disebut dengan sebagai Karma, pemahaman yang lebih mudah, bisa dibaca dalam kisah Cakkhupala Thera.

Karena Niat awal sebelum melakukan perbuatan-perbuatan itulah yang menentukan hasil akhirnya, maka Niat yang baik, yang dilakukan melalui pikiran baik, ucapan baik, aktivitas fisik yang baik, maka terjadilah Karma Baik ( Kusala Karma ), demikian sebaliknya Niat yang buruk dilakukan melalui pikiran buruk, ucapan buruk, aktivitas fisik yang buruk maka terjadilah Karma Buruk ( Akusala Karma ).

” Sesuai dengan benih yang ditanam,

demikian pulalah buah yang dipanennya.

Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebajikan, dan pembuat kejahatan akan menerima kejahatan. Tanamlah olehmu biji-biji benih, dan engkau pulalah yang akan memetik buah-buah daripadanya “.

( Samyutta Nikaya I.227 )

Karena Karma ( Perbuatan ) itu saling mempengaruhi, maka buah dari perbuatan ( Vipaka ), juga tidak sama alias variatif, baik dari segi waktu berbuahnya, lamanya memberikan buah,  berat ringannya, atau kualitas buahnya, semua saling mempengaruhi, termasuk respon saat karma itu berbuah.

Sebagai contoh saat karma buruk berbuah kemudian kita meresponnya dengan kemarahan, kekesalan, menolak bahwa itu buah karma, bahkan melakukan keburukan ditengah berbuahnya karma buruk, tentu akibat ( Vipaka ), akan berbeda dengan orang yang menerima buah karma buruknya dengan ikhlas, tidak marah, menerima bahwa ini adalah hasil dari perbuatannya.

Sebagai gambaran ketika kita panen mangga, ternyata ini adalah tanaman mangga dari varietas yang asam, maka buah yaang dihasilkannya juga asam, karena kita sadar bahwa ini adalah berasal dari varietas mangga yang  asam, jika dimakan begitu saja tentu tidak enak, maka mangga yang asam ini bisa kita ubah, bisa kita kreasikan menjadi juice, asinan, manisan ataupun rujak.

Sehingga buah yang awalnya tidak enak, malah bisa menjadi enak dan punya nilai jual.

Demikian pula saat karma buruk berbuah jika kita bisa menerimanya, bisa ikhlas, dan tetap melakukan kebajikan meskipun sedang dalam kondisi tidak baik, dengan menjaga sila dan samadhi, maka buah karma buruk yang membuat kita menderita itu terasa hambar, terasa tidak menyakitkan, bahkan dengan mudah kita lalui.

Ibarat tanaman bisa berbuah jika ada tanah yang subur, air yang cukup, sinar matahari, cuaca yang baik, dilakukan pemupukan/perawatan, hingga serangga yang membantu penyerbukan.

Demikian halnya dengan Karma bisa berbuah jika ada kondisi yang mendukungnya, mentalnya, tempatnya, waktunya dan lingkungan sekelilingnya.

Sebagai contoh sederhana, jika ada orang yang suka marah-marah, emosional,  kurang berbuat baik, tidak menjaga moralnya, tinggalnya dilingkungan kurang baik, disekelilingnya juga orang yang sejenis dengan dirinya, maka Karma buruknya bisa berbuah setiap saat.

Atau ada orang kurang baik, jarang juga berbuat baik, moralnya juga tidak baik-baik banget, tetapi tinggal dilingkungan yang baik, disekelilingnya adalah orang yang suka berbuat baik, maka dia akan terkena vibesnya dari orang-orang baik itu, maka Karma baik akan sering menghampirinya.

Atau ada orang yang baik, sering berbuat baik, menjaga moralnya, tinggal dilingkungan yang baik, disekelilingnya juga orang yang sama seperti dirinya, maka Karma baiknya bisa berbuah setiap saat.

Atau ada orang yang baik, yang sering berbuat baik, juga bisa menjaga moralnya, tetapi tinggal dilingkungan yang kurang baik, disekelilingnya juga orang-orang yang kurang baik, maka karma baiknya belum tentu bisa berbuah saat.

Salah satu bentuk Karma Baik adalah Berbuahnya Karma Buruk, seperti Petani untuk bisa memanen buah yang baik, maka buah yang buruk, yang busuk, yang ada virusnya ini, harus dipetik terlebih dahulu,

Sehingga buah yang baik tidak terinfeksi, dengan habisnya buah yang buruk, yang busuk yang berpenyakit, maka tersisalah buah-buah yang bagus yang siap dipanen.

Dengan habisnya buah-buah karma buruk, maka yang tersisalah adalah buah-buah karma baik yang Panen. Orang Baik yang berkumpul dengan sesama Orang Baik akan menciptakan Kebaikan. Orang tidak Baik yang berkumpul dengan sesama  Orang tidak Baik akan menciptakan Keburukan. Orang yang Kebaikannya Kuat akan mempengaruhi Orang yang tidak Baik menjadi Baik.

Orang yang Kebaikannya Lemah akan mudah terpengaruh oleh Orang yang tidak Baik, untuk melakukan hal yang tidak Baik.

Oleh karena itu Berkumpulah dengan orang-orang yang Baik, meskipun saat ini kita belum bisa menjadi orang Baik, sebab cepat atau lambat vibesnya orang-orang Baik akan merubah Habits kita menjadi Baik.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *