Gelar Pameran Seni Digital, Kabid Pemberdayaan Wanita MAHASI Suarakan Kebebasan Perempuan

Gelar Pameran Seni Digital, Kabid Pemberdayaan Wanita MAHASI Suarakan Kebebasan Perempuan

Tangerang- 15 januari 2025

Dalam upaya mendukung hak dan kebebasan perempuan, Ketua Bidang Pemberdayaan Wanita Majelis Mahayana Indonesia (MAHASI) yang juga merupakan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma sukses mengadakan pameran seni digital bertajuk ” Suara yang Dibungkam “. Acara yang digelar berkolaborasi dengan Universitas Buddhi Dharma ini berlangsung selama tiga hari dari tgl 15-17 Januari 2025 dan berhasil menarik perhatian para pengunjung.

Seni Sebagai Suara Kebebasan

Pameran ini menampilkan lebih dari 15 karya seni yang berfokus pada tema feminisme, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan. Setiap karya menjadi refleksi kuat atas berbagai isu yang sering dihadapi perempuan, mulai dari stereotip gender hingga perjuangan mencapai kesetaraan.

“Melalui seni digital, kami ingin menyuarakan perjuangan perempuan dengan cara yang kreatif dan menyentuh. Karya seni dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan perubahan kepada generasi muda,” ujar Widhia Seni dalam sambutannya saat pembukaan acara.

Kolaborasi Mahasiswa

Acara ini melibatkan kolaborasi mahasiswa , Salah satu karya yang paling mencuri perhatian adalah instalasi interaktif bertema “Breaking Chains,” yang mengajak pengunjung untuk berpartisipasi langsung dengan menambahkan elemen visual ke karya tersebut, simbol dari perjuangan kolektif perempuan untuk meraih kebebasan.

“Seni tidak hanya sekadar karya, tetapi juga gerakan. Kami ingin generasi muda, khususnya mahasiswa, terlibat dalam narasi besar ini,” tambah Seni.

Respons Positif Pengunjung

Pengunjung yang hadir memberikan tanggapan positif terhadap pameran ini. “Pameran ini benar-benar membuka mata saya tentang bagaimana seni bisa digunakan untuk mendukung kesetaraan gender. Sangat inspiratif!” ungkap seorang mahasiswa yang turut menghadiri acara tersebut.

Selain menikmati karya seni, pengunjung juga diajak berdiskusi bersama mahasiswa lewat audio visual interaktif yang disajikan. Hal ini membuat pameran terasa interaktif dan edukatif, tidak hanya sekadar ruang pamer.

Harapan untuk Masa Depan

Melalui pameran ini, saya sebagai Ketua Pemberdayaan Wanita dari Majelis Mayana Indonesia berharap dapat terus mendorong diskusi dan aksi nyata dalam mendukung kebebasan perempuan. “Kebebasan perempuan bukan hanya tentang apa yang kita bicarakan, tetapi apa yang kita lakukan. Semoga pameran ini menjadi langkah kecil menuju perubahan besar,” pungkas Seni.

Pameran “Suara yang Dibungkam ” menjadi bukti bahwa seni digital mampu menjadi platform yang efektif untuk menyuarakan isu sosial dan memotivasi generasi muda untuk bergerak bersama dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *