BAB 1
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan dan memberikan tutunan untuk mencapai tujuan sesuai visi bersama. Seorang pemimpin harus mampu mengayomi, menjadi teladan, dan memberikan dorongan kepada anggotanya. Mereka memainkan peran strategi dalam optimalisasi organisasi dan memiliki fungsi vital dalam membuat keputusan dan rencana strategi yang ingin dicapai oleh organisasi. Kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi kinerja anggota organisasi menjadikan posisi sentral dalam pengambilan keputusan.
Kepemimpinan cita-cita adalah harapan setiap organisasi, membawa berkah bagi seluruh anggotanya. Seorang pemimpin harus memiliki kepemimpinan yang matang dan rasa tanggung jawab yang tinggi pada setiap amanah jiwa dan aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya. Selain bertanggung jawab, pemimpin ideal harus cerdas. Dengan kecerdasannya, seorang pemimpin dapat mengatasi berbagai permasalahan dalam organisasi dan memilih prioritas yang penting untuk kepentingan bersama, termasuk dalam pengambilan keputusan mementingkan hajat masayarakat yang lebih besar.
Kepemimpinan politik memiliki peran penting dalam menentukan arah dan kebijakan suatu negara. Kepemimpinan politik yang ideal adalah kunci untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa. Pemimpin yang ideal tidak hanya mampu menginspirasi dan memotivasi rakyatnya, tetapi juga memiliki integritas, visi, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan global dan domestik. Dalam konteks perubahan dunia yang semakin cepat dan kompleks, kebutuhan akan kepemimpinan yang kuat dan efektif semakin meningkat. Etika kepemimpinan dalam pemerintahan diperlukan agar seorang pemimpin menguraikan dengan baik. Kemerosotan akan terjadi jika seorang pemimpin tidak mengayomi masyarakatnya atau yang dipimpinnya, serta tidak berlandaskan cinta kasih dan kasih sayang.
Di zaman modern ini, peran seorang pemimpin menjadi sangat penting dan menjadi kunci keberhasilan. Ketika seorang pemimpin negara tidak arif dalam memimpin pemerintahan, akan terjadi kekacauan dan ketidaktenangan dalam kehidupan bernegara. Demikian juga dengan pemimpin spiritual atau pemimpin agama, apabila tidak bijak dalam menyebarkan ajarannya, umatnya akan terpenuhi kefanatikan. Menyadari pentingnya seorang pemimpin, makalah ini akan membahas bagaimana menjadi pemimpin politik yang ideal dalam sudut pandang
- RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana menjadi pemimpin politik yang ideal dalam sudut pandang agama Buddha?
- TUJUAN PEMBAHASAN
- Mengetahui kepemimpinan politik yang ideal dalam sudut pandang agama Buddha
- Memahami hal-hal yang dilakukan pemimpin politik yang ideal dalam sudut pandang agama Buddha

BAB II
PEMBAHASAN
- Kepemimpinan
Pemimpin adalah sosok yang berpengaruh dan penting dalam masyarakat, dan setiap komunitas memiliki kriteria masing-masing untuk memilih pemimpinnya. Kriteria-kriteria tersebut dapat berupa integritas, kemampuan memimpin, pengaruh, dan lain-lain. Konsepsi dari terminologi “pemimpin” dapat dipahami sebagai suatu proses yang bertujuan untuk membawa atau mempengaruhi individu maupun kelompok agar mencapai tujuan yang dicita-citakan. Sebagai perbandingan, definisi lain mengartikan pemimpin sebagai upaya pengarahan yang mempengaruhi aktivitas orang lain.
Dua pengertian ini merupakan sebagian dari definisi yang diberikan oleh para pakar. Tidak ada resolusi yang sepenuhnya mewakili semua resolusi yang ada, karena resolusi merupakan persepsi yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan keilmuan. Namun, dua definisi tersebut cukup memberikan gambaran umum mengenai pengertian pemimpin itu. Kepemimpinan merupakan sebuah metode atau cara bagi seorang pemimpin untuk memberikan pengaruh kepada individu atau sekelompok orang, melalui metode-metode yang dapat diterima oleh kalangan tersebut.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran (Handoko dalam sentani dkk 2022:3). Sedangkan menurut stoner 1996:161 (dalam sentani dkk 2022:3) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Definisi ini menunjukkan bahwa kepemimpinan menggunakan pengaruh yang ditujukan pada peningkatan kemampuan seorang bawahan.
Kepemimpinan menurut Johns (1996) didefinisikan sebagai pengaruh agar pribadi individu mengusahakan pencapaian tujuan organisasi diatas tujuan yang lain dalam konteks organisasional. Sedangkan kepemimpinan menurut (Luthans dalam sentani dkk 2022:4) didefinisikan sebagai suatu interaksi antar anggota suatu kelompok, dimana pemimpin merupakan agen perubahan dan merupakan orang perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka.
- Kepemimpinan dari sudut pandang agama Buddha
Dalam agama Buddha, guru Buddha gotama mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melaksanakan apa yang diajarkan (Lokasutta, Ittivutaka 122). Selain itu, kitab Aggañña Sutta mendefinisikan sosok pemimpin atau “raja” sebagai orang yang membawa kebahagiaan bagi orang lain melalui Dharma dan prinsip kebijaksanaan. Guru Buddha gotama juga menjelaskan tata cara kepemimpinan dalam pemerintahan. Pertama, seorang penguasa yang baik harus bersikap tidak memihak, tidak berat sebelah, dan tidak memilih kasih terhadap rakyatnya. Kedua, seorang penguasa yang baik tidak boleh mengungkapkan ketakutannya dalam penegakan hukum jika hal itu dapat dibenarkan. Ketiga, seorang pemimpin yang baik harus memiliki pemahaman jernih mengenai hukum yang dianut
Dalam Cakkavati Sihanda Sutta (Digha Nikaya, 5) Buddha menjelaskan etika kepemimpinan dalam pemerintahan yakni: “Seorang penguasa yang baik harus bersikap tidak memihak, dan tidak berat sebelah terhadap rakyatnya, Ia tidak pilih kasih. Seorang penguasa yang baik harus bebas dari segala bentuk kebencian terhadap rakyatnya. Seorang penguasa yang baik harus tidak memperlihatkan ketakutan apapun dalam penyelenggaraan hukum jika itu dapat dibenarkan. Seorang penguasa yang baik harus memiliki pengertian yang jernih akan hukum yang diselenggarakan. Hukum harus diselenggarakan tidak hanya karena penguasa mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan hukum, tapi dijalankan dalam suatu sikap yang masuk akal dan pikiran sehat”
Seorang pemimpin yang memiliki integritas dapat dipercaya dan akan dikagumi karena berpegang pada nilai-nilai yang kuat. Dalam Lokasutta (Ittivutaka 122) Buddha menyatakan bahwa pemimpin yang kredibel adalah ia yang melaksanakan apa yang ia ajarkan, “Mereka yang melakukan apa yang mereka katakan dan mereka mengatakan apa yang mereka lakukan.
Buddha menjelaskan bahwa pemimpin adalah yang lurus yang menjadikan dirinya sendiri lurus berdasarkan aturan, dia juga harus melakukan pengawasan yang benar dan perlindungan untuk semua penduduknya (Dhammapada.III.61). Perlindungan harus diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa tebang pilih, baik para pejabatnya, para pemimpin agama yang mengajarkan kemoralan dan kebenaran, para penduduk kota dan desa baik kaya maupu miskin. Semuanya berhak mendapat keadilan yang sama. Dia adalah raja atau pemimpin sebuah negara yang menjadikan kebenaran sebagai lambing, bendera, dan otoritasnya.
Kepemimpinan bukan sekedar membuat orang lain terpengaruh dan tunduk, apalagi bergantung pada diri pemimpin. Sebagai pemimpin, Buddha tidak membuat orang-orang tergantung kepada-Nya. Kepemimpinan yang ditunjukkan Buddha adalah bagaimana membuat orang yang dipimpin meningkatkan kualitas dirinya. Berlindung kepada Buddha pun tak lain dari menjadikan Buddha sebagai pembawa inspirasi, penuntun hidup, bahkan tujuan hidup. Kehadiran Buddha pada massanya pun sangat berperan besar bagi kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat yang bersangkutan. Demikian halnya saat ini peran pemimpin dalam organisasi keagamaan Buddha harus berfungsi dalam peningkatan kualitas dan kemajuan spiritual umat yang dinaunginya.
- Analisis Masalah
Pemimpin politik yang ideal dalam sudut pandang agama Buddha dalam Khuddaka Nikāya – Jātaka Pāli V. 378, pemimpin harus memenuhi 10 kewajiban (dasa-raja dhamma). Dasa-Rāja Dhamma, yaitu sepuluh macam Dhamma untuk seorang raja atau pemimpin. Kesepuluh hal tersebut dapat dijadikan kriteria atau tolak ukur bagi seorang pemimpin, baik itu untuk menjadi pemimpin maupun untuk memilih pemimpin. Dalam Khuddaka Nikāya – Jātaka Pāli V. 378 menyebutkan pemimpin yang ideal harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Dana (Kemurahan Hati)
Sebagai pemimpin harus memiliki sifat murah hati, mau memberi, dan menolong. Tidak pilih-pilih terhadap siapa yang akan ditolongnya.
- Sila (Memiliki Moral Atau Melaksanakan Sīla)
Memiliki moral yang baik, sehingga dapat menjadikan dirinya sebagai teladanatau panutan. Dapat dilakukan dengan menjalankan sīla (mengindari pembunuhan, pencurian, asusila, berkata tidak benar, dan minum minuman keras).
- Pariccāga (Rela Berkorban)
Seorang pemimpin harus mau mengorbankan kesenangan pribadi untuk kepentingan orang banyak, arinya tidak mementingkan diri sendiri, dan mengkedepankan ego. Mau berkorban disini adalah mau berkorban materi, tenaga, pikiran, dan terutama waktu.
- Ājjava (Ketulusan Hati)
Ketulusan hati disini berari seorang pemimpin harus memiliki kejujuran berusaha menghindari ucapan tidak benar, bohong, atau menipu (musāvādā), dalam hal ini termaksud korupsi dan pencitraan diri agar dipandang baik.
- Maddava (Ramah Tamah)
Seorang pemimpin harus mampu bersikap ramah, ramah tamah dalam arti ia mau diajak untuk berunding dan bertukar pikiran, terlebih lagi ia mau menerima pendapat orang lain.
- Tapa (Kesederhanaan)
Memiliki kesederhanaan baik dalam ucapan atau perbuatan jasmani (tingkah laku). Seorang pemimpin yang memiliki kesederhanaan tersebut akan mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat.
- Akkodha (Tidak Pemarah)
Bebas dari kebencian dan tidak menyimpan dendam, hendaknya seorang pemimpin membangun sifat demikian sehingga ia akan menciptakan kedamaian, baik bagi dirinya dan lingkungannya.
- Avihimsa (Tidak Melakukan Kekerasan)
Seorang pemimpin harus memimpin dengan tanpa kekerasan, baik itu melalui jasmani atau ucapan, dan berusaha tidak menghancurkan anggotanya.
- Khanti (Kesabaran)
Seorang pemimpin dalam kepemimpinannya harus diiringi dengan sikap sabar dan telaten dalam memimpin dan dalam setiap permasalahan yang ada dalam kepemimpinannya.
- Avirodhana (Tidak Bertentangan Dengan Kebenaran)
Artinya seorang pemimpin harus mampu melaksanakan aturan-aturan yang ada pada tempat ia memimpin, yang dimana aturan-aturan tersebut menjadi dasar kebenaran dalam ruang lingkup kepemimpinannya.
Itulah kesepuluh hal yang dapat dijadikan sebagai kriteria atau tolak ukur seorang pemimpin dalam Agama Buddha. Kesepuluh hal tersebut juga saling berkaitan satu dengan yang lainnya, artinya ketika seorang pemimpin memiliki sifat murah hati, ia tentu akan memiliki moral yang baik, moral yang baik tentu mendorong ia untuk rela berkorban, rela berkorban yang ia miliki karena moral yang baik akan tentu didasari oleh ketulusan, dari ketulusan yang ia miliki disetiap pekerjaannya tentu membangun keramahan sikap, orang yang ramah tentu kesederhanaan yang dibangunnya, orang yang memiliki moral, tulus, murah hati tentu akan menghindari sifat marah dan kekerasan dalam kehidupannya, sabar jelas ada didalamnya dan apapun yang dilakukan pasti sesuai dengan dasar kebenaran yang ada.
Kesepuluh hal tersebut jika terdapat dalam diri seorang pemimpin, tentu akan membawa kepemimpinannya menuju kesuksesan dan keberhasilan dari pencapaian tujuan-tujuannya. Pemimpin yang baik tentu bukan pemimpin yang berusaha membuang tujuan-tujuan awalnya, tetapi tentu ia berusaha dengan keras untuk mencapai tujuannya terlebih lagi tujuan tersebut adalah tujuan yang membawa keuntungan bagi orang banyak, membawa kesejahteraan dan kemajuan. Dengan demikian untuk memilih seorang pemimpin kesepuluh hal tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria dalam memilih calon pemimpin. Jadi untuk apa kita takut dalam memilih pemimpin, jika kita sudah tahu bagaimana ciri-ciri pemimpin yang baik sesuai dengan ajaran Agama Buddha. Dan tentunya bagi calon pemimpin, untuk terpilih dan dapat sukses dalam kepemiminannya peganglah dengan tekad kuat dan dengan semangat (Viriya) kesepuluh hal tersebut, maka apa yang menjadi tujuan dasar dan cita-cita yang diharapkan akan terlaksana dan didapat dengan baik, tentu setelah didapat haruslah dirawat sesuai dengan Dhamma, sesuai dengan kesepuluh hal itu juga.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Pentingnya pemimpin dalam masyarakat, dengan kriteria seperti integritas, kemampuan memimpin, dan pengaruh yang beragam sesuai komunitas. Pemimpin bertujuan membawa atau mempengaruhi individu atau kelompok mencapai tujuan yang diinginkan. Definisi kepemimpinan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perspektif dalam agama Buddha, pemimpin yang baik menjalankan ajaran Dharma dan memiliki sifat-sifat seperti tidak memihak, tidak takut dalam penegakan hukum, dan memiliki pemahaman jernih tentang hukum. Buddha menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan perlindungan tanpa pilih kasih bagi seluruh masyarakat. Selain itu, sepuluh kriteria (Dasa-Rāja Dhamma) untuk pemimpin ideal dalam agama Buddha mencakup kemurahan hati, moral yang baik, rela berkorban, ketulusan hati, ramah tamah, kesederhanaan, tidak pemarah, tidak melakukan kekerasan, kesabaran, dan tidak bertentangan dengan kebenaran. . Kesepuluh hal ini saling berkaitan dan jika dimiliki oleh seorang pemimpin, akan membawa kesuksesan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
- SARAN
Kepemimpinan Politik yang ideal tentunya harus lebih bijaksana dan dapat mendengar suara masyarakat dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang mempengaruhi hajat masyarakat. Selain itu, pemimpin harus tegas dalam menegakkan hukum. Implementasi Dasa-Raja Dhamma dalam Pelatihan Kepemimpinan, Pemerintah dan organisasi politik sebaiknya mempertimbangkan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip Dasa-Raja Dhamma ke dalam pengambilan kebijakan sebagai seorang pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan Billy.2018.’Memilih Pemimpin yang Ideal Menurut Buddhis’. diakses pada 19 Juli 2024 melalui https://buddhazine.com/memilih-pemimpin-yang-ideal-menurut-buddhis/
Najib, A., & S Th, I. (2013). Kontruksi pemimpin ideal untuk indonesia. IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, 3(1).
Sentani Lelo, Fachrurazi, & Mulyadi. (2022). Dasar Kepemimpinan. Jakarta:Yayasan cendekiamulia mandiri.
Tan Andy Mulya. 2023.’Pemilihan Pemimpin Dalam Perseptif Agama Buddha’. diakses pada 19 Juli 2024 melalui https://ec-kamadhisugm.medium.com/pemilihan-pemimpin-dalam-perspektif-agama-buddha-dc2f32e8156e